Selasa, 10 Agst '10
20.41
Pemikiran dan spontanitas mengenai Gbu menyeruak dasar relung hatiku yang paling dalam.. yang mendesakku untuk menuliskan kegelisahan itu sekarang ini.. Dulu.. kata2 Gbu, alias God Bless You.. adalah sebuah kalimat yang sangat canggung ku dengar dan ku ucapkan.. Aku mendengarnya dan reaksiku adalah selalu dalam kegelisahan setiap aku mendengar teman2 berbicara seperti itu.. tetapi ketika aku mendengarnya di ucapkan oleh Pendeta atau Hamba Tuhan/Gembala Sidang, aku tidak merasakan kegelisahan itu..
Seingat ku, aku merasakan hal itu sedemikian mengguncangku, ketika aku dulu mahasiswa di IKIP Jakarta.. Mungkin sejak dari tingkat pertama, di tahun 1993.. kalau tidak salah..
Dalam permenunganku, sebenarnya tidak ada hal yang salah ketika kata-kata itu diucapkan.. bahkan ketika beberapa bulan lalu seorang Pendeta membahas itu di gereja dan dia mempertanyakan hakikat Gbu dalam setiap akhir pembicaraan atau dalam setiap pesan sms.. Aku tetap merasa sebenarnya ga salah juga bilang seperti itu.. Langsunglah, aku diingatkan kembali seolah2 aku ada pada masa-masa itu..
Kecenderungan kita mengucapkan Gbu, terkadang yang perlu kita pertanyakan.. Apakah ada Kedalaman makna teologis yg kita pahami..Adakah kedalaman hasrat hati kita untuk meng - Gbu - kan orang yang kita maksud.. Ataukah itu menjadi sebuah kebiasaan semata.. Apakah kita orang awam boleh mengucapkan itu? Adakah dasar teologisnya?
Dalam proses pergumulan waktu, pergulatan iman dan perjumpaan dg TUHAN di dalam setiap kehidupanku, aku menjumpai.. aku pun mengucapkan Gbu kepada orang yang ingin kuucapkan.. Aku berpikir dan berdoa.. apa makna ucapanku? apa tujuan ku? Benarkah aku sungguh2 ingin agar TUHAN memberkati orang tersebut?
Dan sekarang ini.. aku tidaklah segelisah dulu.. tapi aku terus mewaspadai diriku.. agar apa yg aku ucapkan, bukanlah sebagai pemanis percakapan.. atau sekedar ornamen ibadah atau sekedar pameran religiusitas yang kumiliki.. Aku berproses..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar