Jumat, 24 Sept '10
19.33
Terlalu lama kepungan air itu menggeluti hidup ku ya TUHAN..
Terlalu menggulung dan melibas apapun yang dilewati..
Sementara aku tidak menyiapkan bahtera yang ENGKAU perintahkan kepada ku..
Sehingga aku harus terus berlari mencari tempat yang tinggi untuk sekedar aku berlindung..
Sekedar selamat dari kepungan air yang mengelilingiku, menyergapku dan mulai menghempasku..
Yah. supaya aku selamat..
Padahal ENGKAU sudah memerintahkan aku untuk segera menyiapkan bahtera.. dari kayu gofir..
tapi aku tidak mengindahkan MU..
Padahal aku memang sudah mendengar ENGKAU.. ENGKAU sudah memperingatkanku..
Tapi..
Kayu gofir tidak kusiapkan..
Aku malah makan-minum, bersenang-senang dalam kehidupanku..
Seolah-olah tiada apapun yang akan terjadi..
Ya.. hidup seperti biasa.. Seperti biasa sebagai mana aku menjalani roda hidupku
Makan, minum, bekerja, bermain, berbelanja, menghabiskan hidup dengan kesukaanku..
Tokh, aku tidak melihat apa-apa.. bukankah hari esok pasti ada?
Tapi..
Ternyata tidak demikian..
ENGKAU benar TUHAN.. peringatanMU semua benar..
Tanpa aku duga .. tiba-tiba seluruh mata air terbuka..
TUHAN.. aku sudah tiba di gunung yang tertinggi..
Gunung yang terakhir aku sanggup daki..
Aku lelah TUHAN.. takut.. kehabisan daya.. aku capek..
Jangan biarkan aku.. tenggelam dalam arus air itu..
"Kayu gofir.." Aku berteriak lemah..
"Bahtera.." Aku benar-benar kehilangan nafasku..
Mengapa aku tidak mempersiapkan itu?
Mengapa aku tidak mempersiapkan diri menghadapi halau an air bah itu?
Aku menyesal TUHAN.. Ampuni aku..
Surutkan air itu TUHAN.. Surutkan..
Beri aku kesempatan..
Lalu.. di antara kekuatan terakhirku.. di batas nafas pengharapanku yang tersisa.. kelebatan peristiwa bahtera Nuh pun terlihat jelas..
"Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung merpati itu tidak kembali lagi kepadanya"
Aku,
yang menanti air bah itu surut..
20.06
19.33
Terlalu lama kepungan air itu menggeluti hidup ku ya TUHAN..
Terlalu menggulung dan melibas apapun yang dilewati..
Sementara aku tidak menyiapkan bahtera yang ENGKAU perintahkan kepada ku..
Sehingga aku harus terus berlari mencari tempat yang tinggi untuk sekedar aku berlindung..
Sekedar selamat dari kepungan air yang mengelilingiku, menyergapku dan mulai menghempasku..
Yah. supaya aku selamat..
Padahal ENGKAU sudah memerintahkan aku untuk segera menyiapkan bahtera.. dari kayu gofir..
tapi aku tidak mengindahkan MU..
Padahal aku memang sudah mendengar ENGKAU.. ENGKAU sudah memperingatkanku..
Tapi..
Kayu gofir tidak kusiapkan..
Aku malah makan-minum, bersenang-senang dalam kehidupanku..
Seolah-olah tiada apapun yang akan terjadi..
Ya.. hidup seperti biasa.. Seperti biasa sebagai mana aku menjalani roda hidupku
Makan, minum, bekerja, bermain, berbelanja, menghabiskan hidup dengan kesukaanku..
Tokh, aku tidak melihat apa-apa.. bukankah hari esok pasti ada?
Tapi..
Ternyata tidak demikian..
ENGKAU benar TUHAN.. peringatanMU semua benar..
Tanpa aku duga .. tiba-tiba seluruh mata air terbuka..
TUHAN.. aku sudah tiba di gunung yang tertinggi..
Gunung yang terakhir aku sanggup daki..
Aku lelah TUHAN.. takut.. kehabisan daya.. aku capek..
Jangan biarkan aku.. tenggelam dalam arus air itu..
"Kayu gofir.." Aku berteriak lemah..
"Bahtera.." Aku benar-benar kehilangan nafasku..
Mengapa aku tidak mempersiapkan itu?
Mengapa aku tidak mempersiapkan diri menghadapi halau an air bah itu?
Aku menyesal TUHAN.. Ampuni aku..
Surutkan air itu TUHAN.. Surutkan..
Beri aku kesempatan..
Lalu.. di antara kekuatan terakhirku.. di batas nafas pengharapanku yang tersisa.. kelebatan peristiwa bahtera Nuh pun terlihat jelas..
"Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung merpati itu tidak kembali lagi kepadanya"
Aku,
yang menanti air bah itu surut..
20.06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar